Baterai Lithium vs Alkaline: Panduan Utama Anda

bagian sep putih
baterai litium vs alkaline

Daftar isi

Baterai lithium dan alkaline biasanya digunakan pada perangkat rumah tangga dan elektronik berperforma tinggi. Artikel ini mengeksplorasi perbedaan utama keduanya, seperti bahan kimia, kinerja, masa pakai, dan dampak lingkungan. Memahami perbedaan ini membantu Anda memilih jenis baterai terbaik untuk efisiensi dan keandalan.

Kimia

Ada enam jenis baterai litium: LFP, LCO, LMO, NMC, NCA, dan LTO.

Mereka dikategorikan berdasarkan bentuknya sel primatik dan silinder, dan berdasarkan bahan menjadi baterai litium-ion terner dan litium besi fosfat.

Energi yang disimpan bervariasi menurut kapasitas; misalnya, sel LFP 4000mAh 32650 menampung energi dua kali lipat dari sel NCM 2000mAh 18650.

Baterai alkaline mengandalkan seng dan mangan dioksida. Ketika arus ditarik, seng teroksidasi di anoda, dan mangan dioksida tereduksi di katoda.

kimia baterai alkaline

Pertunjukan

Kepadatan Energi

Baterai litium umumnya memiliki nilai lebih tinggi kepadatan energi (lebih dari 200 Wh/kg), memungkinkan mereka menyimpan lebih banyak energi dalam ruang yang lebih sedikit. Hal ini menjadikannya ideal untuk perangkat yang memerlukan waktu pengoperasian lama atau desain ringkas, seperti ponsel cerdas, laptop, dan kendaraan listrik.

Baterai alkaline, dengan kepadatan energi yang lebih rendah (80-100 Wh/kg), lebih cocok untuk perangkat dengan kebutuhan energi sedang, seperti senter, remote control, dan mainan.

Tingkat Self-Discharge

Baterai litium memiliki tingkat pengosongan otomatis yang lebih rendah, sehingga baterai dapat mempertahankan dayanya lebih lama saat tidak digunakan. Hal ini sangat bermanfaat untuk perangkat yang disimpan dalam waktu lama.

Sebaliknya, baterai alkaline memiliki tingkat pengosongan otomatis yang lebih tinggi, sehingga menyebabkan baterai kehilangan daya seiring waktu meskipun tidak digunakan.

Tingkat Debit

Baterai lithium mendukung tingkat pengosongan yang lebih tinggi, memungkinkan penyaluran daya yang cepat. Hal ini penting untuk aplikasi yang memerlukan lonjakan energi secara tiba-tiba, seperti perkakas listrik atau kamera.

Baterai alkaline memiliki tingkat pengosongan maksimum yang lebih rendah, sehingga tidak cocok untuk aplikasi arus tinggi.

pengosongan baterai litium

Kisaran Suhu Pengoperasian

Baterai litium beroperasi secara efektif dalam rentang suhu yang lebih luas, menjadikannya ideal untuk perangkat yang digunakan di luar ruangan atau dalam kondisi ekstrem.

Baterai alkaline memiliki kisaran suhu pengoperasian yang terbatas, sehingga memengaruhi kinerjanya dalam kondisi ekstrem.

Voltase

Baterai litium-ion biasanya memiliki tegangan nominal 3,7 volt, meskipun tegangan sebenarnya mungkin sedikit berbeda menurut jenisnya (misalnya, LFP, LCO, NMC).

Baterai alkaline memiliki tegangan nominal 1,5 volt, yang tetap konsisten selama pengosongan.

Jangka hidup

Baterai lithium bertahan delapan kali lebih lama dibandingkan baterai alkaline.

Baterai alkaline bisa bertahan 0,5-1 tahun, sedangkan baterai lithium berkualitas tinggi bisa bertahan 4-8 tahun.

kinerja lithium dan alkaline

Harga

Biasanya, baterai lithium-ion harganya lebih mahal dibandingkan baterai alkaline.

Misalnya, baterai lithium-ion AA yang dapat diisi ulang berharga $5 hingga $10 per sel, sedangkan baterai alkaline AA masing-masing berharga sekitar $0,50 hingga $1.

Namun, baterai lithium-ion memiliki umur yang lebih panjang.

Dampak Lingkungan

Baterai litium-ion lebih ramah lingkungan dibandingkan baterai alkaline karena dapat diisi ulang, sehingga mengurangi limbah dan konsumsi sumber daya.

Meskipun memerlukan lebih banyak sumber daya untuk memproduksinya, daya tahannya melalui ratusan siklus pengisian daya berarti lebih sedikit baterai yang dibutuhkan, sehingga menurunkan dampak terhadap lingkungan.

Sebaliknya, baterai alkaline hanya sekali pakai dan menghasilkan lebih banyak limbah berbahaya.

Kesimpulan

Kesimpulannya, baterai litium dan alkaline masing-masing memiliki karakteristik unik sehingga cocok untuk aplikasi berbeda.

Baterai litium menawarkan kepadatan energi yang lebih tinggi, tingkat pengosongan otomatis yang lebih rendah, dan kinerja yang lebih baik dalam kondisi ekstrem, menjadikannya ideal untuk perangkat dengan permintaan tinggi seperti ponsel cerdas dan kendaraan listrik. Di sisi lain, baterai alkaline lebih baik digunakan untuk kebutuhan energi sedang dan biasanya digunakan pada perangkat seperti senter dan mainan.

Memahami sifat kimia, kinerja, masa pakai, dan dampak lingkungan dari baterai ini dapat membantu Anda mengambil keputusan yang tepat saat memilih jenis baterai terbaik untuk kebutuhan Anda.

Facebook
Twitter
LinkedIn